Risiko Intermittent Fasting bagi Kesehatan

Dalam upaya menjaga kesehatan, banyak orang mencari cara yang efektif untuk mengatur pola makan. Salah satu tren yang muncul adalah “Intermittent Fasting” atau puasa intermiten.

Meskipun memiliki manfaat yang diakui, perlu juga memahami risiko yang terkait dengan metode ini.

Artikel ini akan mengulas lebih lanjut mengenai risiko yang mungkin timbul akibat praktik Intermittent Fasting.

Baca Juga : 10+ Macam-Macam Diet Sehat, Mana Paling Cocok Untuk Anda?

Apa Itu Intermittent Fasting?

Intermittent Fasting adalah pola makan yang melibatkan siklus antara periode puasa dan makan.

Ide di baliknya adalah memberi waktu istirahat bagi sistem pencernaan dan membantu tubuh membakar lemak dengan lebih efisien.

Beberapa metode umum dalam diet Intermittent meliputi metode 16/8 (16 jam puasa dan 8 jam makan), puasa 5:2 (5 hari makan normal dan 2 hari makan sangat terbatas), dan puasa 24 jam.

Manfaat Intermittent Fasting

Intermittent Fasting telah dikaitkan dengan sejumlah manfaat kesehatan.

Beberapa manfaat potensial termasuk peningkatan sensitivitas insulin, penurunan berat badan, dan bahkan perlindungan terhadap beberapa penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Namun, seperti halnya metode lainnya, diet Intermittent juga memiliki risikonya sendiri.

Baca Juga : Ciri Wanita Subur: Rahasia dan Tips untuk Meningkatkannya

Risiko-Risiko yang Perlu Diperhatikan

Intermittent Fasting

1. Gangguan Pada Siklus Menstruasi dan Hormon Wanita

Intermittent Fasting dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal, terutama pada wanita.

Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terhenti adalah salah satu risiko yang mungkin terjadi.

Puasa yang terlalu lama dan berulang dapat mengganggu produksi hormon reproduksi dan berpotensi menghambat kemampuan untuk hamil.

Baca Juga : 7 Jenis Makanan yang Dapat Membantu Mengatasi Masalah Tidur

2. Gangguan Makan dan Hubungan yang Buruk dengan Makanan

Praktik Intermittent Fasting yang ekstrem bisa berpotensi memicu perilaku makan yang tidak sehat.

Setelah masa puasa selesai, beberapa orang cenderung makan secara berlebihan dan tidak sehat, yang dapat mengakibatkan peningkatan berat badan daripada penurunan.

Selain itu, Intermittent Fasting juga dapat memperburuk hubungan emosional dengan makanan, mengarah pada siklus diet yang tidak sehat.

3. Gangguan Metabolisme

Terlalu sering dan lama berpuasa bisa mengganggu metabolisme tubuh.

Tubuh mungkin akan mengalami penurunan tingkat metabolisme untuk mengkompensasi kekurangan energi yang terjadi selama masa puasa.

Ini dapat membuat penurunan berat badan lebih sulit dicapai dan memicu penimbunan lemak saat kembali ke pola makan normal.

Baca Juga : 15 Kandungan Susu Kambing yang Baik bagi Kesehatan Anda

4. Gangguan Pada Kinerja Mental dan Fisik

Puasa yang berkepanjangan dapat mengganggu fungsi otak dan menurunkan konsentrasi serta kinerja mental.

Selain itu, risiko kelelahan yang lebih besar juga dapat muncul, mengganggu kinerja fisik dan kegiatan sehari-hari.

5. Resiko Gangguan Makan yang Lebih Serius

Bagi individu yang memiliki riwayat gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia, diet Intermittent dapat memperburuk kondisi mereka.

Baca Juga : Pentingnya Tidur yang Cukup untuk Kesehatan Tubuh

Pola makan yang terlalu terbatas dapat memicu perilaku makan yang lebih berbahaya dan memperburuk masalah kesehatan mental.

Kesimpulan

Intermittent Fasting dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, tetapi penting untuk memahami bahwa metode ini juga memiliki risikonya sendiri.

Sebelum memutuskan untuk mencoba diet Intermittent, konsultasikan terlebih dahulu dengan profesional kesehatan, terutama jika Anda memiliki kondisi medis atau riwayat gangguan makan.

Penting untuk menjaga keseimbangan dan tetap mendengarkan tubuh Anda dalam proses mencapai tujuan kesehatan Anda.

Baca Juga : Bekal Makan Siang di Kantor Plus Supergoat Sebagai Pelengkapnya
WeCreativez WhatsApp Support
Salsa Winarno
Selamat datang, admin Salsa siap membantu 😊