Selayaknya menyiapkan perayaan, Anda perlu tahu apa saja yang perlu Anda lakukan ketika menghadapi tibanya hari raya. Mempelajari dan mengamalkan sunnah Idul Adha, menjadi bentuk keseriusan Anda dalam memeluk agama-Nya.
Selain sunnah shalat dan berkurban yang sudah pasti Anda ketahui, masih banyak sunnah lainnya. Tentu, sayang sekali jika Anda melewatkannya.
Lalu, apa saja sunnah Idul Adha? Bagaimana dalil dan cara pelaksanaannya? Simak poin-poin berikut ini!
1. Memperbanyak tahlil, takbir, dan tahmid tanpa terikat waktu
Jika Anda bertanya apa saja yang dilakukan sebelum Idul Adha, jawabannya banyak. Sejak awal memasuki bulan Dzulhijjah, sudah ada sunnah yang bisa Anda amalkan. Bentuknya, dengan takbiran dan memperbanyak menyebut nama-nama Allah SWT. Amalan ini bisa Anda lakukan dimana saja dan kapan saja hingga 10 Dzulhijjah.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah Saw berikut:
ما من أيام أعظم عند الله ولا أحب إليه من العمل فيهن من هذه الأيام العشر فاكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
“Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang dilakukan di tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad)
2. Takbiran yang terikat waktu
Memasuki subuh 9 Dzulhijjah, Anda bisa mengamalkan sunnah takbiran yang berbeda. Sunnah ini hanya dapat Anda lakukan selepas melaksanakan shalat wajib. Hingga tanggal 13 Dzulhijjah, Anda sebaiknya terus melakukannya.
Pijakannya adalah riwayat aktivitas sahabat-sahabat Nabi Saw seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, serta Abdullah bin Abbas. Salah satunya riwayat berikut:
أنه كان يكبر من صلاة الغداة يوم عرفة إلى صلاة الظهر من آخر أيام التشريق
“Bahwa Umar dahulu bertakbir setelah shalat subuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah zuhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Selain selepas shalat wajib, takbir juga sunnah Anda lakukan saat malam hari raya dan ketika hari raya berlangsung. Ada beberapa lafal yang bisa dibacakan. Namun, yang populer adalah takbir singkat berikut ini:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
3. Mandi sebelum berangkat shalat ‘Id
Sama seperti saat shalat Idul Fitri, mandi sebelum berangkat shalat Idul Adha juga hukumnya sunnah. Hal ini sudah bisa Anda amalkan sejak pertengahan malam, meski yang utama adalah mandi setelah shalat subuh.
Meski niat itu di hati, namun Anda bisa juga melafalkan niatnya dengan redaksi berikut:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِيَوْمِ عِيْدِ اْلاَضْحَى سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
Artinya: “Saya niat mandi pada hari Raya Idul Adha Sunnah karena Allah Ta’ala”
4. Membersihkan anggota tubuh
Setelah mandi, sebaiknya Anda perhatikan berbagai bagian tubuh Anda. Mulai dari rambut, kuku, hingga bau badan. Anda bisa mengubah hal-hal yang tak ideal jika menemukannya karena termasuk sunnah.
Dalam Kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhazzab Karangan Imam An-Nawawi, disebutkan sebagai berikut:
“Di-sunnah-kan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengan memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian.”
5. Menggunakan pakaian terbaik
Bentuk amalan sunnah selanjutnya adalah memakai pakaian Anda yang paling bagus. Asalkan, jangan berbahan sutera. Sedangkan perempuan, cukup gunakan pakaian biasa untuk menghindari tabarruj (berlebih-lebihan dalam berhias).
Ibnu Abbas pernah meriwayatkan pakaian Nabi Saw saat shalat ‘id:
كَانَ يلبس في العيد برد حبرة
“Rasulullah SAW di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari Yaman).”
6. Berjalan kaki menuju lokasi shalat
Setelah siap berpakaian, waktunya Anda berangkat. Jika hendak mengikuti sunnah, Anda sebaiknya berjalan kaki. Namun, bagi yang sudah renta atau tidak kuat berjalan, maka tak usah memaksakan diri, karena menggunakan kendaraan bukan dosa.
كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا
“Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat shalat Id.” (H.R. Ibnu Majah)
7. Berangkat lebih awal
Bentuk keseriusan Anda dalam melakukan amalan sunnah lainnya adalah berangkat lebih awal. Jangan menunggu banyak orang baru berangkat, kalau bisa jadilah Anda termasuk shaf terdepan dalam pelaksanaan shalat.
Dalam Kitab Raudhatut Thalibin, Imam An-Nawawi menjelaskan:
وَيُسْتَحَبُّ لِلْقَوْمِ أَنْ يُبَكِّرُوا إِلَى صَلَاةِ الْعِيدِ إِذَا صَلَّوُا الصُّبْحَ، لِيَأْخُذُوا مَجَالِسَهُمْ وَيَنْتَظِرُوا الصَّلَاة
Artinya: “Disunnahkan juga berangkat lebih awal untuk shalat Id setelah selesai mengerjakan shalat subuh, untuk mendapatkan shaf atau barisan depan sembari menunggu dilaksanakannya shalat.”
8. Memilih jalan berbeda saat pulang
Jika ketika berangkat Anda memilih jalan A, maka pulanglah melalui jalan B. Perilaku semacam ini juga tergolong amalan sunnah yang bisa Anda laksanakan untuk menambah keberkahan.
Dalam sebuah hadis, diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw melakukan itu.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melaksanakan shalat id, beliau memilih jalan yang berbeda (ketika berangkat dan pulang).” (HR. Bukhari no. 986).
9. Makan setelah shalat Id
Jika pada Hari Raya Idul Fitri sunnah makan terletak sebelum berangkat shalat, maka pada Idul Adha, sunnah-nya sepulang shalat. Ketika sampai rumah, Anda sebaiknya langsung bersantap dengan hidangan yang sebelumnya sudah Anda siapkan.
Sunnah idul Adha tidak makan sebelum shalat berdasarkan riwayat berikut:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad)
10. Wanita haid tetap hadir dan mendengarkan khutbah
Ketika memasuki Idul Adha, sering muncul pertanyaan, Apa yang dilakukan wanita haid saat Idul Adha? Meskipun tidak ikut shalat, wanita haid sebaiknya tetap hadir dan menyimak khutbah yang khatib sampaikan.
Dalilnya adalah riwayat berikut:
أُمِرْنَا أَنْ نَخْرُجَ فَنُخْرِجَ الحُيَّضَ، وَالعَوَاتِقَ، وَذَوَاتِ الخُدُورِ فَأَمَّا الحُيَّضُ؛ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ، وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلْنَ مُصَلَّاهُمْ
“Kami diperintahkan untuk keluar (ketika hari raya), maka kamipun mengajak keluar para wanita haid, para gadis, dan wanita pingitan. Adapun para wanita haid, mereka menyaksikan kegiatan kaum muslimin dan khutbah mereka, dan menjauhi tempat shalat.” (HR. Bukhari)
Ternyata, ada banyak ya amalan yang bisa Anda lakukan? Jika bisa mengamalkan semuanya, tentu luar biasa pahalanya. Semoga Anda sanggup melakukannya.
Akhir kata, mudah-mudahan, artikel tentang sunnah Idul Adha ini bermanfaat untuk Anda. Jangan lupa baca artikel-artikel lain dari Supergoat Indonesia ya! Kami juga banyak menulis topik-topik penting lain seputar Islam dan kesehatan!