Idul Adha adalah hari besar Islam selain Idul Fitri yang disambut dengan suka cita. Beberapa daerah di Tanah Air bahkan mengadakan gelaran meriah untuk merayakannya.
Terlepas dari berbagai perayaan yang melibatkan aneka hidangan serba daging nan lezat, apa sesungguhnya makna Idul Adha bagi kita umat Islam?
Sekilas Sejarah Peristiwa Idul Adha
Sebelum mengulas tentang hari besar ini, ada baiknya kita mengingat dulu mengenai sejarah Idul Adha yang merupakan ujian terberat Nabi Ibrahim.
Pada waktu itu Allah SWT memerintahkan beliau untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail yang baru berusia 7 tahun, cerdas, dan elok parasnya. Dengan kepasrahan dan tawakal yang demikian besar kepada kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pun menjalankan perintah-Nya.
Namun Maha Besar Allah yang memerintahkan agar Nabi Ibrahim berhenti sesaat sebelum pedang untuk menebas leher sang Putra terayun. Malaikat Jibril pun datang dan menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba yang besar dan gemuk.
Ini artinya Allah telah ridho kepada keduanya dan mencukupkan untuk mengorbankan seekor domba/kambing alih-alih Nabi Ismail kecintaan ayahnya.
Memaknai Perayaan Hari Besar Idul Adha Sebagai Upaya Menjadi Mukmin yang Taat
Dari peristiwa besar tersebut setiap mukmin dapat mengambil hikmah dan pelajaran sebagai bekal menjalani kehidupan untuk mengharap hanya ridho-Nya. Paling tidak ada 3 makna Idul Adha dalam kehidupan sehari-hari yang patut kita renungkan.
1. Keikhlasan
Kesediaan Khalilullah (kekasih Allah), Nabi Ibrahim AS dalam mengorbankan sesuatu yang paling dicintainya adalah dasar dari pelaksanaan ibadah kurban.
Bagi kita, mukmin yang melaksanakan perintah kurban ini artinya mengorbankan harta yang selama ini kita cari dengan susah-payah. Kita harus rela menyisihkan dana untuk membeli hewan kurban, memotongnya, kemudian membagi-bagikannya kepada saudara-saudara kita.
Ini bukanlah sesuatu yang mudah dilaksanakan, apalagi jika kita harus mengesampingkan keinginan pribadi demi dapat memberikan kurban terbaik. Namun ada hikmah luar biasa di balik ibadah kurban ini, yaitu sebagai pembersih harta dan penghapus dosa-dosa kita.
2. Menumbuhkan kepekaan sosial
Selain sebagai wujud ketaatan spiritual kepada Allah SWT, berkurban juga menjadi upaya untuk menumbuhkan kepedulian sosial kepada saudara-saudara yang kurang mampu.
Hati yang terketuk menyaksikan penderitaan kaum duafa seharusnya menjadi motivasi untuk mengorbankan sebagian harta sebagai Shohibul Qurban. Dengan demikian kita telah memberi kesempatan kepada kaum papa untuk menyantap hidangan lezat yang mungkin jarang mereka rasakan.
Sari-sari makanan yang selanjutnya terserap oleh tubuh mereka akan menunjang kesehatan dan memberikan kekuatan dalam menjalani aktivitas seperti bekerja dan beribadah. Pahala yang mereka dapatkan dari amal baik tersebut akan turut tercurah kepada kita, sebagai pemberi daging kurban.
3. Meningkatkan ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya
Makna dan hikmah Idul Adha yang paling utama adalah peluang untuk semakin mendekat kepada-Nya. Idul Adha sebagaimana yang kita ketahui jatuh pada hari tasyrik, yaitu mulai 10 Dzulhijjah hingga 13 Dzulhijjah. Hari-hari tersebut tergolong hari yang mulia dimana kita dapat melakukan berbagai amalan untuk meraih ridho-Nya.
Selain berkurban, kita bisa memperbanyak berdzikir untuk mengingat Allah, bersyukur atas limpahan karunia-Nya, dan memohon ampun atas dosa-dosa yang telah lalu. Ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan banyak mengingat Allah.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
Jadi di tengah kebahagiaan merayakan momen yang bersejarah ini, jangan melupakan merenungkan makna Idul Adha sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita.
Semoga menginspirasi!
Bagikan informasi ini pada media sosial Anda agar semakin banyak orang mendapatkan manfaatnya! Jangan lupa klik subscribe untuk update informasi terkait gaya hidup dan kesehatan bersama Supergoat.